Senin, 27 Juli 2015

Muktamar Muhammadiyah dan NU

Dua ormas Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah dan NU akan sama-sama mengadakan Muktamar dengan waktu yang hampir bersamaan yaitu awal Agustus 2015. Muhammadiyah bermuktamar ria di Makassar, Sulawesi Selatan dan NU di Jombang, Jawa Timur.

Seperti kita ketahui bersama bahwa kedua ormas Islam terbesar ini memberikan warna dalam pembangunan Indonesia sejak berdirinya kedua ormas itu hingga sekarang ini. Karena itulah tokoh-tokoh pendiri dari kedua ormas ini menjadi legenda dalam perjalanan hidup dan kehidupan Indonesia.

Walau, keduanya secara pondasi pengambilan fikih ibadah dan kemasyarakatan agak berlainan apalagi di akar rumput masyarakat (bahkan sejarah mencatat di awal perkembangannya kadang terjadi saling sikut dan pergesekan) tetapi itu tidak mengurangi nilai akan sumbangsihnya kepada Negara dan bangsa ini. Muhammadyah dikenal dengan pengembangan sekolah-sekolah modernnya, rumah sakitnya, panti asuhannya dan lain-lainnya. Begitu pula dengan NU, dengan basis pesantren di berbagai pelosok negeri yang menghasilakn para kiayi yang mengembangkan masyarakat pedesaan. Namun dengan semakin berkembangnya zaman, kedua ormas Islam terbesar ini seolah tidak lagi bisa dibedakan secara spesialisasi, karena semua aspek kebaikan rasanya sudah digarap keduanya. Bahkan dengan perkembangan dunia politik Indonesia keduanya pun masuk ke dalamnya dengan membentuk partai masing-masing. (cat : kalau dikatakan sebagai partai terbuka, tetapi semua orang tahu awal pembentukan dari kedua partai ini (PAN dan PKB) berakar dari Muhammadiyah dan NU.

Yang menarik dari Muktamar dan yang selalu menjadi sorotan semua orang dan pihak-pihak tertentu di setiap ormas hingga partai politik sekalipun adalah pemilihan sang Ketua Umumnya. Karena bagaimana pun kebijakan-kebijakan organisasi apalagi levelnya sudah masuk Nasional dengan gaungnya yang merasuk di masyarakat umum tergantung kepada sosok Ketua Umumnya. Walau pun -dan tentunya- di sekeliling sang Ketua Umum ada sosok-sosok yang juga huebat yang akan mempengaruhi sebuah keputusan organisasi. Karena itulah, kadang-kadang dan ini pernah terjadi, dengan pertimbangan bahwa ormas Islam terbesar ini mempunyai massa yang cukup signifikan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, sang Penguasa negara mencoba ikut bermain di dalamnya dengan harapan bahwa nantinya akan mudah untuk memuluskan program sang penguasa dan menjalankan programnya. Tetapi sejauh pengamatan saya, sang Penguasa saat ini tidak terlalu ikut campur dalam permainan pemilihan sang Ketua Umum ormas Islam terbesar ini.

Sosok calon sang Ketua Umum, khususnya untuk NU, sudah mulai muncul dan nampaknya tidak jauh dari ring satu, tokoh-tokoh elite yang selama ini berkiprah di NU sendiri. Tidak ada hal mengejutkan. Namun walau pun begitu tokoh-tokoh itu kualitasnya sudah tidak usah diragukan lagi apalagi mereka adalah orang-orang yang selalu ingin berkembang demi untuk kemajuan NU nya maupun masyarakat Indonesia pada umumnya dan tentunya Negara secara keseluruhan.

Muhammadyah, dengan mekanisme pemilihan sang Ketua Umum yang cukup panjang langkahnya bahkan boleh dikatakan cukup rumit untuk ukuran masyarakat awam tetapi itu merupakan tradisi dari Muhammadiyah sendiri, belum menampakan calon yang dominan yang akan memegang amanah kepemimpinan Muhammadiyah. Namun apakah sosok tersebut akan kembali bergelar profesor seperti sang ketua umum beberapa periode terakhir?

Siapa pun itu, yang memegang amanah di kedua ormas Islam terbesar di Indonesia harus kita dukung bersama, dan saya yakin Pemerintah pun akan melakukan hal yang sama, bahkan bukan hanya mendukung tetapi juga menggandung dan mengakomodir segala program mereka untuk Keutuhan dan Kesatuan Negara Republik Indonesia. Dalam point ini, Keutuhan dan Kesatuan Negara Republik Indonesia pasti nya bukan hanya mereka berdua tetapi juga ormas-ormas lainnya, orpol-orpol, dan seluruh lapisan masyarakat Indonesia yang majemuk berperan serta pula.

Smoga.....

Tidak ada komentar: