Senin, 27 Juli 2015

Wasiat Rasulullah saw kepada Ali ra?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online/daring (dalam jaringan)wasiat 1/wa·si·at / n adalah pesan terakhir yg disampaikan oleh orang yg akan meninggal (biasanya berkenaan dng harta kekayaan dsb);

Berhubungan dengan judul berarti bahwa benarkah ada wasiat dari Rasulullah saw ketika Beliau menjelang wafatnya yang berhubungan dengan kepemimpinan berikutnya setelah Rasulullah saw meninggal? Yang membuat heboh adalah adanya statement dari kaum Syiah yang menyatakan bahwa masalah kepemimpinan setelah Rasulullah saw meninggal adalah sudah diwasiat kepada Ali bin Abi Thalin ra. Yang mengherankan wasiat yang dimaksud menurut mereka sudah disampaikan sebelum Rasulullah saw mendekati ajalnya, yaitu dengan adanya peristiwa di Ghadir Khum. Apa itu peristiwa Ghadir Khum dalam pandangan Islam? Nanti, insya Allah, dalam kesempatan lain akkan dibahas tersendiri.

Sedikit melenceng dari Judul. Untuk zaman modern sekarang, biasanya orang-orang kaya jauh sebelum meninggal memang sudah membuat wasiat, tetapi tidak langsung diumumkan di depan keluarga. Mereka berhubungan dengan pengacara/notaris yang dipercaya yang nantikan akan memberitahukan kepada anggota keluarga atau siapa yang dimaksud yang mendapatkan bagian warisan.

Prof. DR. Ali Muhammad Ash-Shalabi, mengungkapkan beberapa hadits-hadits shohih yang membantah tentang statement kaum syiah itu. Melalui bukunya : "Khawarij dan Syiah. dalam timbangan Ahlu Sunnah Wal Jama'ah". Saya ringkas dengan menampilkan intinya saja. Para pembaca bisa mengembangkan analisanya yang berhubungan dengan judul di atas!

(1) Aisyah ra pernah ditanya apakah Rasulullah saw pernah berwasiat kepada Ali bin Abi Thalib ra, maka Aisyah berkata, "Siapa bilang? Aku melihat Rasulullah saw bersandar pada dadaku (pada detik-detik terakhir hidupnya). Beliau meminta sebaskom air, kemudian beliau (sakitnya) mereda, lantas tanpa kusadari beliau sudah menghembuskan nafas terakhir. Nah, bagaimana bisa beliau berwasiat kepada Ali?" (HR. Al-Bukhari, dalam shahih Al-Bukhari no 1471, kitab Al-Washaya)

(2) Dari Ibnu Abbas ra, ia menuturkan; Ketika Ali bin Abi Thalib ra keluar dari menjenguk Rasulullah saw yang sedang sakit menjelang wafat, orang-orang bertanya, "Wahai Abul Hasan, bagaimana keadaan Rasulullah saw?" Ia menjawab, "Alhamdulillah, baik."
Kemudian Abbas bin Abdul Muthalib memegangi tangannya seraya mengatakan, "Demi Allah, tiga hari lagi engkau harus tabah. Demi Allah, menurutku Rasulullah saw akan wafat dengan penyakit ini. Aku sangat mengenali raut muka Bani Abdul Muthallib saat menjelang wafat. Ayolah kita jenguk Rasulullah saw dan tanyai beliau kepada siapa urusan (umat) ini diserahkan. Jika memang kepada kita maka kita pasti mengetahuinya. Apabila diserahkan kepada selain kita maka kita pasti mengetahuinya sehingga beliau berwasiat kepada kita." Ali bin Abi Thalib ra menjawab, "Demi Allah, jika kita menanyakannya kepada Rasulullah saw lantas beliau menghalangi kita darinya, niscaya orang lain sepeninggal beliau tidak akan menyerahkannya kepada kita. Demi Allah, aku tidak mau menanyakannya kepada Rasulullah saw." (HR. Al-Bukhari, dalam Shahih Bukhari, no 1471, Kitab Al-Maghasi, 4447.)======Kalau memang ada pelimpahan kepemimpinan pada kejadian di Ghadir kHum, tentu jawaban Ali bin Abi Thalib ra tidak seperti itu!!!

(3) Ali ra pernah ditanya, "Apakah Rasulullah saw menyampaikan suatu pesan khusus kepadamu?" Ia menjawab, "Rasulullah saw tidak menyampaikan suatu pesan khusus kepada kami yang tidak mencakup semua orang, kecuali apa yang berada dalam sarung pedangku ini." Kemudian ia mengeluarkan secarik kertas bertuliskan: "Semoga Allah mengutuk orang yang menyembelih untuk selain Allah; semoga Allah swt mengutuk orang yang mengubah tanda-tanda batas bumi; semoga Allah mengutuk orang yag mengutuk ayahnya; dan semoga Allah mengutuk orang yang melindungi pelaku kriminal." (HR, Muslim, dalam shahih Muslim, 3/1567, no 1978)

(4) Dari Amr bin Sufyan, ia menuturkan: Ketika Ali menang dalam perang Jamal, ia mengatakan, "Wahai orang-orang, Rasulullah saw sama sekali tidak pernah menjanjikan kepemimpinan ini kepada kami. Karena itulah kami bersepakat mengangkat Abu Bakar sebagai khalifah; ia pun menjabat dengan istiqomah sampai akhir hayatnya." (Al-I'tiqad, hal 184, dan Al-Baihaqi, dalam Dala'il An-Nubuwwah, mengatakan ,"Sanad hadits ini hasan.") (5) Abu Bakar AL-Baihaqi meriwayatkan dengan sanadnya yang berpangkal kepada Syaqiq bin salamah, ia bercerita : Pada suatu ketika, Ali bin Abi Thalib ditanya, "Tidakkah engkau ditunjuk menjadi pengganti (Nabi saw) untuk memimpin kami?" Ia menjawab Rasulullah saw tidak menunjuk siapa-siapa untuk menjadi penggantinya sehingga aku bisa menggantikan beliau. Akan tetapi apabila Allah menghendaki kebaikan bagi masyarakat, niscaya Dia menyatukan pendapat mereka sepeninggalku sebagaimana Dia menyatukan pendapat mereka sepeninggal Nabi mereka untuk memilih yang terbaik di antara mereka." (Al-I'tiqad, hal 184, dengan sanad Jayyid)

Jadi, Para Pemirsa sudah bisa membuat kesimpulan?

Kalau masih kurang, perkataan Hasan bin Abi Thalib ra bisa menjadi pertimbangan berikutnya.

Diriwayatkan, ketika Hasan ra tiba di Bashrah, setelah berlalu masa yang panjang dan meletupnya fitnah di antara kaum muslimin, ada dua orang yang menanyakan masalah “wasiat” itu kepada Hasan yang dikenal sangat dipercaya kejujuran dan kata-katanya. Hasan menjawab, “Seandainya ada perjanjian di antara kami dengan Nabi saw tentang masalah kekhalifahan ini, tentu saya termasuk orang pertama yang membenarkan dan tidaklah menjadi orang pertama yang mendustakannya. Jika benar wasiat itu ada, pasti tidak akan saya biarkan begitu saja saudara dari Bani Taim bin Murrah (yaitu Abu Bakar) dan Umar bin Khathab berdiri di atas mimbar. Dan pasti sudah saya bunuh dengan tanganku sendiri jika ini memang harus terjadi. Tapi persoalannya tidak demikian. Sedangkan Rasulullah saw tidak meninggal karena terbunuh dan tidak pula secara mendadak.” (Dr. Abdul Ghaffar Aziz, Islam pro dan kontra (terjemahan), Pustaka Fisdaus I, 1993, hlm. 44 dalam Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Paham Sesat di Indonesia. Pustaka Al Kautsar)

Orang-orang syiah bagaimana pun akan tetap ngotot tentang kepemimpinan setelah Rasulullah saw, tetapi sayang kalau kita baca dari uraian sebelumnya, mereka justru menempatkan para Imam yang diyakini mereka adalah sosok-sosok pengecut hingga imam ke 12, yang disembunyi entah dimana. Dan itu diakui sendiri oleh ulama mereka dalam kitab mereka.

Zurarah meriwayatkan “Aku mendengar Abu Abdillah (AS) berkata: “Al Qaim AS (Mahdi) akan gaib sebelum dia bangkit”. Saya (zurarah) bertanya:“Kenapa?” Abu Abdillah menjawab: “Dia akan takut”, dan menunjuk ke perut dengan tangannya”, yaitu (dia akan takut) dibunuh. [Usul Kafi karya al-Kulaini – Kitab Al Hujjah – bab “Tentang Al Gaiba” hadis no 5, 9, 18 & 29]



=========

Sebagai tambahan, saya nukil dari buku "Biografi Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu" karangan Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi :
Diriwayatkan dari Hafish bin Qais, ia berkata, "Saya pernah bertanya kepada Abdullah bin Al-Husain tentang hukum membasuh khuffain" (mengusap dua sepatu). Ia menjawab, "Basuhlah, Karena sesungguhnya Umar bin Al-Khathab telah membasuhnya." Dia berkata lagi, "Sesungguhnya saya bertanya kepada dirimu, apakah engkau membasuhnya?" Abdullah bin Al-Husain menjawab, "Itulah kelemahanmu. Saya telah memberi jawaban kepadamu apa yang dilakukan Umar, tetapi kami tetap menanyakan kepadaku tentang pendapatku. Padahal Umar adalah orang yang lebih baik daripada diriku, bahkan dari semua orang yang ada di muka bumi ini."

Saya katakan, "Wahai Abu Muhammad, banyak orang menyangka bahwa ini sekedar taqiyah (pura-pura) darimu."

Dia berkata, "Dia berkata kepadaku -dan ketika itu kami sedang berada di antara makam dan mimbar-, "Ya Allah, sesungguhnya inilah perkataanku dalam keadaan rahasia dan terang-terangan, maka janganlah engkau dengarkan perkataam siapa pun setelah perkataanku ini."

Ia kemudian berkata, "Siapakah orang yang menyangka bahwa Ali adalah orang yang telah dipaksa? Dan Rasulullah telah mengangkatnya menjadi pemimpin tetapi ia tidak menjalankannya? Cukuplah ia sebagai orang yang telah menghinakan Ali, dengan menyangka bahwa Rsulullah telah mengangkat dirinya menjadi pemimpin tetapi ia tidak menjalankannya." (An-Nahyu an Sabbil Ashab wa Ma fihi minal Itsmi wa Iqab, Muhammad Abduh Wahid Al-Maqdisi hal. (57)). Wallahu 'alam


==========

Maaf, ikut nebeng, bagi yang mau memenuhi kebutuhan hidupnya klik http://onstore.co.id/s/00367940001


Baca juga : http://mang-emfur.blogspot.co.id/2016/05/apakah-kita-hanya-mau-berpangku-tangan.html

Tidak ada komentar: